Ciuman ini begitu hangat membara di tengah-tengah kabut yang membawa kami ke dunia lain. Terdengar suara ledakan dan kami berdua sudah terkapar di tanah.
Kulihat sekelompok orang berpakaian biru langit menghujani kami dengan panah api. Kekasihkupun diseret pergi menjauh meninggalkanku di sini. Aku balik menyerang dengan jarum-jarum es yang keluar dari tongkat sihirku, mantra-mantra aku gumamkan untuk menyerang membabi buta. Kulihat dikejauhan kekasihku bertarung dengan orang bertopeng. Saat aku lengah, panah api itu menggores lenganku, rasanya sakit dan panas.
Kring... Suara alarm membangunkanku dari mimpi menyeramkan ini. Tubuhku basah oleh keringat, aku mengejabkan mata beberapa kali untuk meyakinkanku kalau aku sudah terbangun.
Ini adalah hari pertamaku bersekolah di Smu Ceria. Smu Ceria memang Smu yang bagus di sini, tapi mengapa harus Smu Ceria? Mana nilai mepet lagi, aku menggerutu dalam hati. Belum apa-apa aku sudah minder duluan, gimana coba kalau aku tidak bisa mengikuti pelajaran. Baru memikirkannya saja aku sudah pusing setengah mati padahal ayah selalu mematok standar yang tinggi untuk anak-anaknya, coba kalau aku masuk Smu Pelita pasti aku tidak kalah dengan yang lain.
Aku sudah berusaha bernegosiasi dengan ayah tapi ayah tetap pada pendiriannya hanya karena Smu ini lebih baik peringkatnya dibandingkan Smu Pelita. Banyak saudara-saudara sepupuku yang sukses walaupun mereka hanya lulusan Smu Pelita. Harus bagaimana lagi membatalkan keputusan ayah, bunda juga tidak berani berkomentar membelaku karena bunda tau kalau keputusan ayah adalah mutlak dilakukan.
Sepanjang pagi aku sudah ngoceh tidak jelas sambil bersiap-siap sekolah. Beberapa kali mematut diri dicermin meyakinkan diriku sendiri kalau aku sudah rapi. Ayah paling tidak suka anaknya berantakan.
"Ta... Sudah jam berapa ini? Kamu mau telat masuk sekolah?" teriak ayah.
Jam dinding dikamarku menunjukkan waktu 06.10 masih sangat pagi. Ayah memang sangat tepat waktu, prinsipnya adalah lebih baik menunggu daripada ditunggu. Kalau aku berangkat sendiri pasti tidak seribet ini.
"Iya yah Rista sudah siap kok." Sahutku sambil berjalan menuju bunda untuk berpamitan.
"Bun Rista berangkat dulu ya." Pamitku.
Tak lupa aku juga menyapa adik semata wayangku, "Dah cemot..."
Benarkan masih sepi gini eh tapi kok pada lari-lari, akhirnya aku juga ikut berlari menuju ke aula yang sudah penuh dengan murid baru. Hampir saja terlambat karena ternyata masuknya jam 06.30 bukan jam 07.00 , untung tadi ayah yang anter jadi tidak terlambat. Aku harus berterima kasih kepada ayah.
Hari ini diisi dengan pengumuman persiapan ospek serta acara sepanjang minggu. Besuk adalah hari penuh perjuangan untuk menjadi murid baru disini.
...
Ospek yang tidak menyenangkan, apalagi tiap sore ada latihan paskib. Aku tidak suka dengan paskib, apesnya paskib adalah unggulan dari Smu Ceria. Kalau boleh milih aku pengen tiap sore tidak ikut latihan. Kenapa juga disebut Smu Ceria kalau aku tidak bisa ngerasain Ceria disini.
"Gimana ospeknya mbak?" tanya adikku dengan mimik lucu sengaja menggodaku.
"Enak, mau?"
Dia tertawa mendengar pertanyaanku,"Ogah ah, sebentar lagi juga bakalan cicipin sendiri."
Cemot alias Liliana dan aku hanya selisih 2 tahun, sebentar lagi dia juga merasakan yang namanya ospek, rasakan besok kalau kena ospek.
Aku menyeret tas menuju ke kamarku, merebahkan diri dikasurku yang empuk untuk sekedar melepas lelah.
"Mbak, disuruh bunda makan dulu." Lili menutup kembali pintu kamarku.
Sepeninggal adikku aku masih lanjut merenung tentang ospek. Tinggal sehari lagi ospek berakhir tapi aku sudah bosen lihat tampang-tampang jutek plus kucel dari senior cewek dan juga tatapan norak senior cowok yang ngecengi murid baru. Mana kucel-kucel dan item-item tidak ada yang cakep, ketua ossisnya saja cupu gitu apalagi anak buahnya.
Kenapa ospek tidak dihapus saja? Kasihan ortu yang bayar mahal kalau anak-anaknya diperlakukan seperti ini. Selama ospek kita-kita disuruh bawa barang-barang yang aneh-aneh, tidak berguna dan diluar batas kewajaran manusia.
Besuk aku disuruh bawa susu cap telur kuda, sejak kapan kuda bertelur? Berkat kerjasama dan otak kreatif dari seluruh anggota keluarga, aku jadi bisa menyelesaikan tugas yang harus dibawa besuk. Tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 12 malam, harus buru-buru tidur biar tidak kesiangan besuk. Ayah, bunda dan Liliana sudah masuk kamar dari tadi.
...
"Ris sudah jam berapa ini?" teriak bunda dari dapur.
"Jam 04.30 bun, tenang saja Rista sudah bangun kok."
Aku bergegas mandi karena aku tidak mau terlambat dihari terakhir ospek, hari ini aku bersemangat untuk mengakhiri ospek dengan sukses tanpa hukuman karena kesalahanku.
Dengan mulut penuh makanan aku masih saja sibuk mengecek perlengkapan yang harus dibawa, tindakanku membuat bunda ngomel-ngomel pasalnya bunda sedang mengikat rambutku menjadi 5 kuciran.
"Aduh... sakit ni bunda." Protesku.
"Siapa suruh kepalanya gerak-gerak terus?" jawab bunda sewot.
Segera setelah selesai dikuncir aku berangkat ke sekolah. Sesampai di aula aku memilih tempat duduk urutan kedua agar jelas kalau mendengarkan penjelasan dari pembicara.
Tak terasa jam menunjukkan pukul 11, ini saatnya ospek terakhir dimulai. Senior-senior berkeliling mencari mangsa. Perasaanku jadi tidak enak saat salah seorang senior cewek mendekatiku.
Aduh mati aku kalau sampai aku dihukum, moodku pasti jelek sampai malam nanti. Seminggu ini aku sudah lolos dari hukuman masa hari terakhir aku musti cicipin hukuman sich?
"Ini dikucir berapa? Harusnya kucir 5 bukan kucir 2!!!" bentak kak Lisa sambil menarik rambutku.
Sakit tapi aku tidak berani mengeluh takut makin menjadi bully nya, "Ini kucir 5 kak, berhubung rambutku keriting jadi kucirannya tidak kelihatan. Kalau tidak percaya cek saja kak."
"Eh berani kamu sama senior!"
"Sudah-sudah, coba hitung saja Lis." kak Ninda yang baik hati memberi saran.
"Satu, dua, tiga, empat, lima pas kok Lis, Nda." kata Frida.
"Masa sich? Coba sini aku yang hitung. Satu, dua, tiga, empat, lima. Eh bener ni."kata kak Lisa.
Huft leganya karena lepas dari hukuman. Selesai senior cek kelengkapan ospek para murid baru disuruh menuju ke lapangan untuk dijemur eh latihan paskib maksudnya.
Panas terik seperti ini kami harus berlatih paskib sampai keringat bercucuran dan capek rasanya karena berjalan mondar-mandir mengelilingi lapangan sekolah yang luas.
"Apa kalian sudah capek?" tanya salah satu senior.
Kami dengan kompak menjawab, "Capek kak."
"Sebagai hadiah sebelum ospek berakhir kami akan memberikan kalian minuman."katanya sambil tersenyum, kami juga ikut tersenyum.
Kak Lisa datang membawa segelas besar teh, "Segelas teh ini harus cukup untuk kalian semua." deg, kami semua terkejut dan mulai berfikir yang tidak-tidak.
"Semua harus minum dan orang terakhir harus menghabiskannya." Lanjut kak Lisa.
Gelas teh itu diberikan padaku dan aku meminumnya sedikit. Untung aku yang pertama nggak bisa bayangin kalau dapat terakhir, udah gelas bekas bibir banyak orang dan harus habis pula.
Felly mendapat giliran terakhir dan harus menghabiskannya, kami memandanginya dengan kuatir karena kalau tidak habis kami semua dapat hukuman. Ternyata masing-masing dari kami cuma meminum sedikit sekali jadi sampai akhirpun masih sisa setengah gelas besar.
Felly menatap gelas dan kami semua bergantian, aku rasa dia pasti sudah eneg duluan saat membayangkan minum bekas orang banyak tapi rupanya dia tidak mau kena hukuman jadi dia menghabiskannya semua dan menyerahkan gelas kosong kepada kak Lisa.
"Dengan ini maka ospek resmi ditutup." Teriak kak Aldo sang ketua Osis dengan semangat.
"Yey!" Kami bersorak dan melompat bersama-sama. Related Post
Tidak ada komentar:
Posting Komentar